.

   

Paronia

Diposting oleh ahmad_interaktif

Sangat manusiawi apabila kita mempunyai perasaan takut dan khawatir dalam mengarungi kehidupan di dunia ini. Namun, bila setiap saat kita dihantui rasa takut dan was-was, ini sudah tidak normal lagi. Bila dibiarkan, bisa-bisa menimbulkan penyakit.

Ada beberapa orang yang sepanjang hidupnya selalu dihantui rasa takut. Sejak bangun tidur di pagi hari, yang ada di dalam benaknya adalah rasa khawatir. Rentetan persoalan seolah sudah antri di depan mata. Hidup dirasakan sebagai beban. Tak heran, orang macam ini tidak pernah tersenyum di pagi hari atau bersyukur. Orang yang selalu takut pada kehidupan ini bisa digolongkan dalam tipe manusia paranoia.

Orang-orang seperti itu bisa kita temui di banyak tempat. Salah satu tAnda orang paranoia adalah selalu disibukkan dengan pikiran-pikiran negatif. Di kantor tempat kita bekerja, kita pun bisa melihat banyak sekali manusia paranoia ini. Mereka selalu bertanya-tanya dalam dirinya, "masalah apa yang akan saya temui hari ini?"

Orang ini selalu memikirkan masalah. Tak jarang ia 'meledak' amarahnya hanya karena masalah yang sangat sepele. Terkadang, ia bahkan menganggap hidup adalah serangkaian masalah yang tak kunjung selesai. Hidup jadi tidak bersemangat. Mulutnya selalu menggumamkan keluhan. Kreativitasnya pun tumpul. Berbagai penyakit pun muncul lantaran psikosomatis.

Apabila masalah akhirnya menghampiri, pikiran orang paranoid akan cepat memvonis. "Nah, apa saya bilang. Pasti ada masalah."

Saat orang lain menyapa, dengan lesu orang paranoia selalu berkata, "Seperti biasa. Banyak masalah yang tidak pernah selesai". Padahal, segala hal yang negatif berasal dari pikiran negatif.

Dalam bukunya The Secret, Rhonda Byrne menegaskan, pikiran mempunyai frekuensi dan daya timbal balik. "Pikiran Anda saat ini sedang menciptakan kehidupan masa depan Anda," katanya. Nah, pikiran negatif akan menarik hal dan kejadian negatif. Demikian juga sebaliknya.

Berusahalah agar Anda bisa menjadi manusia merdeka. Anda mempunyai hak untuk memilih. Anda harus yakin bahwa Anda bukanlah budak dari pikiran-pikiran Anda sendiri. Untuk itu Anda harus bisa mengubah pikiran negatif menjadi sebaliknya.

Pronoia

Lawan kehidupan penuh paranoia adalah pronoia. Rob Brosny mengembangkan gagasan ini dalam bukunya berjudul Pronoia. Beda dengan orang paranoia, orang pronia selalu memfokuskan hidupnya pada hal-hal baik. Ia selalu menguasai pikiran positif.

Saat bangun pagi, orang pronoia selalu terpacu untuk memikirkan, "hal menarik apa yang akan saya alami hari ini? Kejadian menyenangkan seperti apa yang akan kujumpai?" Orang pronia selalu optimis dalam kehidupan kesehariannya. Ia selalu tersenyum, hidupnya penuh syukur. Hidup adalah rangkaian keajaiban yang menyenangkan.

Orang pronia juga menyadari masalah akan datang. Tapi, ia melihatnya secara positif. "Kalau ada masalah, baguslah. Ini akan menjadi pelajaran berhaga bagiku. Tapi, ada hal yang jauh lebih berharga ketimbang masalah itu, yakni mensyukuri karunia-karunia sepanjang hari ini".

Orang pronoia selalu memandang semesta alam ini sebagai anugerah. Alam senantiasa akan memenuhi segala kebutuhannya. Lisa Nichols, penulis buku Chicken Soup for the African American Soul, mengatakan, "biarkan semesta mengetahui apa yang Anda inginkan. Semesta selalu merespons pikiran-pikiran Anda,"

Apa yang ada dipikirkan kita akan terpancar ke alam semesta untuk direspons. Karena itu, memandang semesta sebagai yang patut disyukuri adalah hal yang sangat positif. Orang pronoia senantiasa mensyukuri apa yang sudah disediakan alam semesta. Matahari pagi yang menghangatkan tubuh. Udara segar yang masih bisa dihirup. Transportasi yang mengantar ke tempat kerja. Air minum yang menyegarkan. Dan lain sebagainya. Bila ada masalah, orang pronia pun akan dengan bijak menyikapinya dengan optimis.

Mari kita cerna dan artikan cerita berikut ini. Ada dua orang yang melakukan pendakian sebuah gunung. Saat pulang dari mendaki, karena minimnya transportasi ke kota, maka mereka terpaksa menumpang sebuah mobil tua yang secara kebetulan menuju ke kota. Karena mobil itu sudah rombeng, maka jalannya tidak bisa cepat dan agak tersendat-sendat.

Sepanjang perjalanan, orang pertama sibuk mencemaskan kondisi mobil. Dia khawatir mobil akan mogok di tengah jalan, atau kehabisan bensin sebelum sampai di pos pengisian bensin.

Sementara itu, orang kedua tampak santai. Ia begitu menikmati pemandangan indah bukit-bukit yang menghijau sambil mendendangkan lagu dengan siulannya. Beberapa kali ia mengabadikan keindahan itu dengan kameranya.

"Kok kamu sempat-sempatnya mengambil photo pemandangan itu? Apa kamu tidak cemas, apabila mobil itu mogok di tengah jalan karena kehabisan bahan bakar atau mesinnya rusak?" tanya orang pertama. "Apa yang perlu dicemaskan? Seandainya ada masalah, pasti ada jalan keluarnya. Aku sangat suka dengan perjalanan ini," kata orang kedua.

Setelah beberapa jam melalui perjalanan yang meletihkan, akhirnya mobil tua itu tiba di kota.

Analogi cerita di atas semakin memperjelas pemahaman tentang pronoia. Benar sekali kata seorang bijak bahwa kekhawatiran tidak akan menambah usia kita.

Banyak orang hidup dalam emosi kekhawatiran dan cemas mengenai apa yang belum terjadi. Orang sering takut dan tidak tahu apa yang ia takuti. Akhirnya, orang yang seperti ini tidak bakalan menikmati kehidupan. Hidup hanya menjadi milik orang-orang yang mampu menikmatinya dengan penuh syukur.

This entry was posted on 09.03 and is filed under . You can leave a response and follow any responses to this entry through the Langganan: Posting Komentar (Atom) .

0 komentar